Friday, September 15, 2006

[Informasi]: Hiasan Sajadah


Oleh: Adhika Bayu Pratyaksa


Berbicara mengenai dimensi ruang shalat atau ukuran shaf, mau tak mau kita akan teringat dengan sebuah benda bernama sajadah. Tidak hanya digunakan sebagai alas shalat ketika di rumah sendirian, ada pula masjid-masjid yang menempatkan sajadah sebagai batas shaf shalat. Atau dengan menggunakan karpet sajadah. Karpet sajadah ini lebih panjang dari rata-rata sajadah yang hanya selebar 60 atau 70 cm, biasanya antara 3 sampai 4 meter. Namun pola hias di dalamnya dibagi-bagi seperti layaknya sajadah satuan, sehingga dari jauh akan tampak seperti sajadah-sajadah yang disusun sepanjang shaf shalat.

Ragam hias sajadah yang banyak beredar memiliki "pakem" tersendiri. Biasanya jalinan benang yang disulam di atas sajadah membentuk gambar masjid, kubah, atau mihrab dengan pembatas berupa kolom/tiang di kanan kirinya. Walaupun ada juga yang menggunakan pola geometris maupun tumbuhan.

Ragam hias sendiri bukanlah suatu hal yang tabu untuk digunakan dalam Islam. Namun karena Islam cenderung melarang gambar manusia dan binatang, ragam hias yang berkembang adalah ragam hias dengan pola geometris atau pola tumbuhan. Ragam hias dengan pola tumbuh-tumbuhan ini biasanya berbentuk mirip sulur-sulur atau dedaunan. Ragam hias dengan pola geometris lebih jamak digunakan dalam seni bina bangunan baik di Timur Tengah, Andalusia, hingga ke Indonesia.

Penggunaan ragam hias dalam sajadah menurut kami merupakan hal yang membutuhkan
perspektif yang berbeda. Sajadah ditinjau dari fungsinya merupakan alas untuk sholat. Faktor penting dalam sholat adalah hadirnya rasa khusyu'. Motif indah dan menarik yang dibuat oleh para produsen sajadah berpotensi untuk mencuri perhatian orang yang sedang sholat. Ketika berbicara dalam konteks sholat berjamaah, maka penggunaan sajadah pada ruang shalat seperti masjid dan musholla berpotensi menyebabkan tidak rapatnya shaf dalam shalat berjamaah.

Masjid atau musholla yang menggunakan karpet sajadah atau rangkaian sajadah satuan untuk menegaskan area shalat dalam tiap shafnya biasa mengalami kerenggangan shaf shalat. Berbeda dengan masjid atau musholla yang menggunakan karpet tanpa ragam hias. Jadi masalah utamanya di sini sebenarnya adalah ragam hias yang terdapat pada sajadah. Ragam hias yang memiliki pola seperti sajadah satuan akan cenderung membuat jama'ah sholat membatasi diri pada "area sholat" miliknya saja. Akibatnya shaf sholat yang seharusnya rapat tumit dengan tumit, bahu dengan bahu, menjadi longgar.

Jama'ah yang belum mengetahui dengan baik mengenai keutamaan rapatnya shaf akan cenderung untuk bertahan pada ruang yang telah ditentukan layaknya sajadah satuan. Walaupun pada jamaah yang telah mengerti tentang keutamaan rapatnya shaf akan cenderung untuk merapatkan barisan dengan tidak mempedulikan batasan tersebut. Akibatnya, satu shaf sholat yang semestinya muat untuk tiga puluh orang hanya terisi dua puluh orang.

Maka ragam hias terbaik untuk digunakan dalam sajadah adalah yang tidak berpotensi
menganggu kekhusyu'an dan tidak berpotensi melonggarkan shaf sholat. Ragam hias ini dapat memakai motif geometris maupun tumbuhan, namun dalam dimensi yang kecil sehingga tidak menganggu kekhusyu'an. Ragam hias sajadah yang baik untuk digunakan di masjid dan musholla juga tidak mengkotakkan setiap jama'ah dalam satu kapling tersendiri.

Beberapa contoh yang baik yang pernah saya lihat adalah karpet sholat yang digunakan di Masjid Departemen Pertanian Ragunan dan Masjid Abu Bakar di Puncak Dieng, Malang. Ragam hias yang digunakan pada karpet kedua masjid tersebut berpola geometris dan berukuran kecil,
sehingga dari jauh hanya nampak sebagai satu warna. Satu hal yang beda, di Masjid Deptan garis shaf menggunakan karpet polos yang berbeda warna, sedangkan di Masjid Abu Bakar garis shaf telah menjadi satu kesatuan dengan ragam hias karpet. Tipis, hanya membentuk sebagai garis dari kejauhan, namun terlihat polanya apabila kita berdiri di atasnya.

Namun karpet dengan kualitas seperti itu entah mengapa tidak banyak digunakan oleh masjid dan musholla. Para produsen sajadah dan karpet sholat untuk masjid pun sampai saat ini masih berlomba-lomba menelurkan desain terbaik mereka dengan tidak mempertimbangkan aspek khusyu' dan rapatnya shaf. Bahkan ada desain yang menggunakan gambar binatang, walaupun kecil. Tampaknya, menjadi tugas kita bersama untuk menyadarkan masyarakat akan hal ini. Apalagi sholat merupakan amal sholeh pertama yang akan dihisab oleh Allah swt di hari akhir
nanti.

Foto:

1. Sajadah Ikan, mungkin si Mbak-nya belum tahu bahwa motif binatang sebaiknya tidak digunakan
dari http://thehohos.blogspot.com/2006/05/ada-sajadah.html


2. Karpet Sajadah yang "Mengkapling" Kita
dari http://img.alibaba.com/photo/11530493/Pray_Mat.jpg


3. Sajadah Kepala, motifnya yang sederhana seperti ini lebih tepat kiranya.
dari http://www.alibaba.com/catalog/10855173/Carpet_Mat_Prayer_Mat.html


4. Sajadah Satuan yang biasa dipakai orang.
dari http://itrademarket.com/member/s_218243_pic3.jpg


5. Saya? Kalau di rumah biasa pakai sajadah hadiah dari istri sesaat sebelum nikah. Lampit khas Kalimantan, mirip dengan foto di bawah ini. Atau pakai sajadah "souvenir" dari almarhumah ibu, yaitu sajadah coklat dengan motif "geometris campur sulur" mahar dari bapak saya :)
dari http://www.warsi.or.id/Catalog/Tikar_sajadah_small.jpg

No comments: